Baginda Rasulullah. Saw telah
mengingatkan kita sebagai umat yang sangat beliau cintainya bahwa di akhir masa
pengikutnya akan berpecah dalam persoalan aqidah menjadi tujuh puluh tiga
golongan. Semuanya adalah sesat kecuali satu golongan yaitu golongan ahlu
sunnah wal jama’ah.
عن عبد الله بن عمرو قال
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليأتين على أمتي ما أتى على بني إسرائيل حذو
النعل بالنعل حتى إن كان منهم من أتى أمه علانية لكان في أمتي من يصنع ذلك وإن بني
إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في
النار إلا ملة واحدة قالوا ومن هي يا رسول الله قال ما أنا عليه وأصحابي ( رواه
الترمذى )
Artinya:
“Dari
Abdullah bin Amru berkata, Rasulullah saw bersabda: “Akan datang atas umatku apa yang telah datang atas Bani Israil
sejengkal demi sejengkal, hingga jika diantara mereka ada yang menzinahi ibunya
secara terang-terangan maka di umatku juga akan ada yang melakukannya, dan
sungguh Bani Israil itu telah terpecah menjadi tujuh puluh dua agama (aliran),
dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga agama, semuanya masuk neraka
kecuali satu agama.” Para sahabat bertanya: agama apa itu wahai
Rasulullah?, Beliau menjawab: “Apa yang aku dan para
sahabatku berpijak di atasnya.” (HR. At-Tirmidzi).
Aqidah ahlu sunnah wal jama’ah
menurut persaksian para ulama adalah faham asy-‘Ariyah dan Maturidiyah karena
itulah aqidah yang sesuai dengan pemahaman salafussalih sebagai warisan
dari rasulullah. Saw dan dianut oleh para sahabatnya yang merupakan ahli qurun
terbaik setelah rasulullah. Saw wafat.
Salah satu inti dari a’qidah ahlu
sunnah wal jama’ah adalah menguasai I’tiqad lima puluh, sehingga orang yang
tidak menguasai I’tiqad lima puluh dinyatakan tidak sah imannya. I’tiqad lima
puluh merupakan ringkasan dari sekian banyak keyakinan yang wajib diyakini oleh
setiap mukallaf.
Adanya rumusan aqidah dalam bentuk
I’tiqad lima puluh bukanlah untuk membatasi sifat-sifat Allah, karena dalam
aqidah ahlu sunnah wal jama’ah setiap mukallaf wajib meyakini bahwa seluruh
sifat kesempurnaan wajib ada pada Allah dan segala sifat kekurangan mustahil
ada pada Allah. I’tiqad lima puluh itu merupakan batas minimal dari poin-poin
aqidah yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf.
Dengan adanya rumusan I’tiqad lima
puluh seorang mukallaf dengan mudah dapat mempelajari inti-inti dari aqidah
tanpa harus mengkaji al-qur’an secara kesuluruhan dan tanpa harus mencari
sendiri hadis-hadis yang membicarakan tentang aqidah. Dengan demikian I’tiqad
lima puluh merupakan sulusi untuk memudahkan aqidah umat.
I’tiqad lima puluh
tidak pernah dikenal di masa Rasululullah. Saw dan para penerusnya sehingga
Imam Abi Hasan al-Asy’ari merumuskannya berdasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam
al-Qur’an, dengan demikian I’tiqad lima puluh adalah rinkasan dari aqidah yang
diajarkan oleh rasulullah. Saw dan dianut oleh para sahabaatnya karena aqidah
yang dianut oleh para sahabat adalah sesuai dengan petunjuk yang ada dalam
al-qur’an dan sunnah.
Bukan
hanya I’tiqad lima puluh, istilah Firqah ahlu sunnah wal Jama’ah juga tidak
dikenal sebelum itu sehingga Imam Abi Hasan al-Asy’Ari dinyatakan sebagai
pendiri aqidah ahlu sunnah wal Jama’ah. Sebenarnya beliau bukanlah pendiri
aqidah ahlu sunnah wal jama’ah karena bila beliau sebagai pendirinya, sama
dengan sebelum itu tidak ada aqidah ahlu sunnah wal jama’ah. Beliau adalah
orang yang pertama merumuskan dan membukukan aqidah ahlu sunnah wal jama’ah
yang dianut oleh para sahabat dan para ulama salaf seperti Imam Abi Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hambal, Sufyan Tsuri dan ulama-ulama
besar lainnya.
Di antara
kitab-kitab beliau yang membahas tentang aqidah ahlu sunnah wal jama’ah adalah
al-Ibanah fii Ushuli Ad-Diyanah, al-Luma’
fi Raddi ala Ahli al-Bida’, al-Mujaz, al-Umad fi ar-Ru’yah, Fushul fi Raddi ala
al-Mulhidin dan kitab-kitab lainnya. Setelah membaca kitab-kitab karangan
beliau para ulama besar di masanya berbondong-bondong menyatakan diri sebagai
pengikut beliau karena mereka melihat isi kitab-kitab itu sesuai dengan
keyakinan yang mereka anut dan sesuai dengan keyakinan rasulullah. Saw dan para
sahabanya.
Imam Abi Hasan al-Asy’ari dan Abu
Mansur al-Maturidi telah berjasa besar dalam memudahkan umat memahami
dasar-dasar aqidahnya sehingga mereka berdua dinobatkan sebagai pendiri Aqidah
ahsu sunnah wal jama’ah. Mereka tidak menambahkan sifat-sifat Allah dan tidak
menafikan satupun dari sifat-sifat Allah yang disebutkan dalam al-Qur’an dan
hadis-hadis shahih, mereka hanya merumuskannya agar mudah dipelajari dan
difahami oleh umat sampai akhir zaman.
Semoga kita tetap berada dalam
aqidah ahlu sunnah wal jama’ah samapai akhir hayat kita dan semoga aqidah ahlu
sunnah wal jama’ah tetap tegak di Aceh sampai kiamat tiba. Aminn…
(Penulis adalah Guru Dayah
Babussalam Matangkuli Aceh Utara, Anggota Tim
Penulis Buku Silabus Dayah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar