Terjemahan
al-Majmu’ Syarh al-Muhazab
“Sungguh telah kami
jelaskan bahwa dalam mazhab kita (mazhab as-Syafi’I) batal wudhu’ dengan
bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan bukan mahram, baik dengan syahwat
atau tidak, baik dengan sengaja atau tidak. Bila ada penghalang walaupun tipis
tidak membatalkan wudhu’. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Umar bin Khathab,
Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar, Zaid bin Aslam, Makhul, As-Sya’bi,
An-Nakh’I, ‘Itha’ bin As-Saaib, Az-Zuhri, Yahya bin Sa’id al-Anshari, Rabi’iah,
Sa’id bin Abdul ‘Aziz, dan merupakan salah satu dua riwayat dari Al-Auza’I.
Mazhab yang kedua,
bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan tidak membatalkan wudhu’ secara
mutlak. Pendapat ini diriwayatkan dari ibn Abbas, ‘Itha’, Thawus, Masruq, Hasan
dan Sufyan as-Suuri. Abu Hanifah juga berpendapat demikian, tapi beliau berkata
bila seorang lelaki menyentuh perempuan pada selain faraj dan terjadi ereksi
maka ia wajib wudhu’.
Mazhab ketiga, bila
sentuhan itu menimbulkan syahwat batal wudhu’nya bila tidak menimbulkan syahwat
tidak batal. Pendapat ini diriwayatkan dari al-Hikam, Himad, Malik, al-Laits,
Ishak dan merupakan satu riwayat dari as-Syi’bi, an-Nakh’I, Rabi’ah, as-Tsuri, dan
dari Ahmad ada tiga riwayat seperti mazhab-mazhab yang tiga.
Mazhab
keempat, bila disentuh dengan sengaja batal wudhu’nya, bila disentuh tanpa
sengaja tidak batal wudhu’nya. Ini adalah mazhab Daud yang dibantah oleh
anaknya sendiri dengan berkata “disengaja atau tidak disengaja tidak
membatalkan wudhu’.”
Mazhab
kelima, bila disentuh dengan anggota wudhu’ batal, bila disentuh dengan selain
anggota wudhu’ tidak batal. Pendapat ini dihikayahkan oleh pengarang al-Hawi
dari al-Auza’I. Pengarang al-Hawi juga menghikayahkan dari Auza’I bahwa tidak
akan batal wudhu’ kecuali bila disentuh dengan tangan.
Mazhab
keenam, bila disentuh dengan syahwat batal wudhu’ walaupun ada penghalang yang
tipis. Pendapat ini dihikayahkan oleh Ibn Munzir dan pengarang al-Hawi dari
‘Itha’, ini sebalik dari hikayah jumhur dari ‘Itha’ dan ini tidak shahih dari
siapapun insya Allah.
Dalil
pendapat yang mengatakan tidak batal wudhu’ dengan bersentuhan kulit laki-laki
dan perempuan secara mutlak adalah hadis Habib bin Ibni Abi Tsabit dari Urwah
dari Aisyah RA “bahwa Rasulullah. Saw mencium setelah berwudhu’ kemudian beliau
tidak mengulangi wudhu’.” Dan dengan hadis Aisyah yang telah lalu “bahwa tangan
Aisyah mengenai kaki Rasulullah. Saw ketika beliau sedang sujud.” Hadis ini
shahih sebagaimana telah dijelaskan. Dan hadis yang disepakati keshahihannya
“bahwa Rasulullah Saw salat dengan menanggung Amamah binti Zainab RA, apabila
beliau sujud beliau membawanya turun dan apabila beliau bangkit beliau
mengangkatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan hadis dalam Shahih Bukhari dan
Muslim “bahwa pernah rasulullah. Saw salat sedangkan Aisyah melintang di antara
beliau dan di antara kiblat. Apabila beliau hendak sujud beliau menyentuh kaki
Ainsyah maka Aisyah menggenggam tangan Rasulullah. Saw.” Dan dalam satu riwayat
bagi an-Nasa’I dengan isnad yang sahih “maka apabila beliau hendak witir beliau
menyentuh saya dengan kakinya.” Mereka juga berhujjah dengna qiyas atas
menyentuh mahram dan menyentuh rambut , mereka berkata seandainya wudhu’ itu
batal dengan bersentuhan maka batallah wudhu’ dengan bersentuhan laki-laki
dengan laki-laki sebagaimana menjima’ laki-laki sama dengan menjima’ perempuan.
Dalil yang digunakan ulama mazhab as-Syafi’I
adalah firman Allah :أَوْ لمستم النساء) atau kalian menyentuh perempuan). Al-Lums
diithlaqkan atas menyentuh dengan tangan buktinya dalam ayat lain Allah
berfirman : فلمسوه بايديهم) maka mereka menyentuhnya dengan tangan mereka) dan sabda
Rasulullah. Saw bagi Maiz Ra لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ أَوْ
لَمَسْتَ) : Mungkin kamu hanya menciumnya atau hanya menyentuhnya hingga akhir
hadis) dan rasululah melarang jual beli al-mulamasah
dan hadis yang lain “Zina tangan adalah al-lums (sentuhannya).” Dalam
hadis Aisyah disebutkan “sedikit sekali hari-hari di mana Rasulullah. Saw tidak
mengelilingi kami (para istrinya) lalu beliau mencium dan menyentuh (yalmis).”
Berkata ahli bahasa “al-lums” ada yang bermakna menyentuh dengan tangan,
menyentuh dengan selain tangan dan ada juga bermakna jima’. berkata Ibnu Duraid
kata “al-lums” makna asalnya adalah menyentuh dengna tangan, karena
ingin dikenal sesuatu ia menyentuhnya. Imam As-Syafi’I dan Ulama-ulama Mazhab
as-Syafi’I dan Ahli Bahasa bernasyid dengan syair ini:
وَأَلْمَسْتُ كَفِّي كَفَّهُ طَلَبَ الْغِنَى * وَلَمْ أَدْرِ أَنَّ الْجُودَ
مِنْ كَفِّهِ يُعْدِي
Para ulama mazhab
as-Syafi’I berkata “menurut kami pengertian al-lums yang ada dalam ayat
adalah muthlak maka apabila bersentuhan kulit laki-laki dengna perempuan
batallah wudhu’ baik disentuh dengan tangan atau dengan jima’.
Dalil yang digunakan
oleh Malik kemudian As-Syafi’I dan sahabat-sahabat keduanya adalah hadis Malik
dari Ibni Syihab dari Saalim bin Abdillah Ibn Umar dari Bapaknya “Ciuman seoarang
lelaki terhadap istrinya dan menyentuhnya dengan tangan termasuk dalam
pengertian menyentuh (Lamastum) dalam ayat. Maka siapa saja yang mencium
istrinya atau menyentuhnya dengan tangan ia wajib berwudhu’.” Hadis ini
sanadnya sangatlah shahih sebagaimana kamu lihat.
Jika
ada orang berkata, penyebutan an-Nisa’ dalam ayat merupakan qarinah
bahwa yang dimaksud dengan al-mulamasah adalah jima’ sebagaiman kata al-wath
makna ashalnya adalah menginjak dengan kaki, apabila dikatakan mewatha’
perempuan maka tidak bisa dipahami selain makna menjima’ perempuan. Jawabannya
adalah, secara adat tidak mungkin perempuan diinjak dengan kaki sehingga watha’
perempuan pasti maknanya menjima’ perempuan beda dengan al-lums,
penggunaannya dengan makna menyentuh dengan tangan bagi perempuan dan lainya
adalah sering terjadi.
Dan
para ulama mazhab as-Syifi’I menyebutkan qiyas yang banyak tentang itu, di
antarnaya adalah al-lums itu adalah sentuhan yang menwajibkan fidiyah
bagi orang yang sedang ihram maka ia juga membatalkan wudhu’ sama seperti
jima’.
Imam
Haramain berkata dalam al-Asaalib “yang tepat bahwa dikatakan masalah
membatalkan wudhu’ tidak di’ilatkan dengan kesepakatan para ulama. Beliau bekata
sungguh telah sepakatlah semua para imam bahwa sebab-sebab hadas kecil bukanlah
perkara yang bisa diilatkan, kalau demikian tidak ada tempatnya membuat qiyas
disini. Lams laki-laki dengan laki-laki tidaklah sama dengan lams
laki-laki dengan perempuan karena lams dengan perempuan berhubungan dengan
wajib fidiyah dan pengharaman mushaharah dan lain-lain maka tidak pantas
mereka memaksakan qiyas atas menyentuh laki-laki. Dan seungguh telah setujulah
kebanyakan mereka bahwa bila laki-laki dan perempuan berada ditempat yang sepi
dan keduanya berpelukan sehingga terjadi ereksi maka wajib wudhu’ kembali maka
dikatakan bagi mereka apa alasannya kalian mengatakan batal wudhu’ dengan al-mulamasah
al-fahisyah?, bila mereka menjawab dalilnya adalah qiyas, dalil itu tidak
bisa diterima. Bila mereka berkata dalilnya adalah karena berdekatan dengan
hadas, kita membantahnya bahwa dekat dengan hadas tidak berarti hadas dengan
ittifaq para ulama. Mereka tidak bisa membantah kita dengan masalah batal
wudhu’ dengan tidur karena batal wudhu’ orang yang tidur bukan karena
berdekatan dengan hadas tapi penyebabnya adalah kantuk karena orang kantuk
tidak menyadari ada yang keluar dari qubul atau zubur. Maka tidak ada alasan
lain bagi mereka tengtang alasan batal wudhu’ al-mulamasah al-fahisyah
selain dhahir al-qur’an dan di sana tidak ada perbedaan antaara al-mulamasah
al-fahisyah dan lainnya.
Adapun jawaban tentang berhujjah dengan hadis
Habib bin Abi Tsabit maka ada dua jalan. Yang paling bagus dan paling jelas di
antara keduanya adalah bahwa hadis itu dhaif dengan ittifaq para hufadh. Di
antara yang mendhaifkannya adalah Sufyan at-Tsuri, Yahya bin Sa’id al-Qatthan,
Ahmad bin Hambal, Abu Daud, Abu Bakar an-Naisaburi, Abu Hasan ad-Daruquthni,
Abu Bakar al-Baihaqi dan ulama lainnya dari kalangan mutaqaddimin dan
muta’akhiriin.
Ahmad
bin Hambal, Abu Bakar an-Naishaburi dan ulama lainnya berkata Habib telah salah
dalam meriwayatkan, sebenaranya tidak batal puasa dengan mencium tapi dibawa
pada masalah wudhu’. Berkata Abu Daud, diriwayatkan dari Sufyan at-Tsuri bahwa
beliau berkata tidak menceritakan kepada kami kecuali oleh Urwah al-Muzani
maksudnya tidak diriwayatkan dari Urwan bin Az-Zubair dan Urwan al-Muzani ini
adalah perawi yang majhul. Yang shahih hanyalah hadis Aisyah bahwa Rasulullah.
Saw mencium istrinya ketika beliau sedang berpuasa. Jawaban kedua, seandainya
hadis-hadis itu sahih maka hadis itu ditanggungkan kepada mencium dengan
berlapik karena menggabung dalil-dalil yang ada.
Hadis Abi Rauq juga dijawab
dengan dua jawaban di atas, hadis ini didha’ifkan dengan dua alasan pertama Abi
Rauq didha’ifkan oleh Yahya bin Mu’in dan ulama lainnya. Kedua, Bahwa Ibrahim
at-Tamimi tidak mendengar dari Aisyah, demikian disebutkan oleh para hufadh di
antara mereka adalah Abu Daud dan ulama-ulama lainnya juga dihikayahkan dari
para ulama oleh al-Baihaqi maka terbuktilah bahwa hadis ini dha’if lagi mursal.
Baihaqi berkata “sungguh telah kami
rawikan semua hadis yang berkenaan dengan bab ini dalam al-Khilafiyat dan
telah kami jelaskan di sana kedha’ifan hadis-hadis itu maka hadis yang shahih
dari Aisyah adalah tentang qublah orang yang puasa lalu para perawi yang dha’if
membawa riwayat tersebut dalam masalah tidak membatalkan wudhu’.”
Jawaban
untuk hadis menanggung Amamah dalam salat, mengangkatnya dan menurunkannya ada
beberapa macam yang paling dhahir adalah bahwa tidak lazim dari peristiwa itu
untuk bersentuhan kulit Rasulullah dengan kulit Amamah. Kedua, Amamah adalah
anak kecil sehingga tidak batal wudhu’ dengna menyentuhnya. Ketiga, Amamah
adalah mahram Rasulullah. Saw.
Jawaban
untuk hadis Aisyah tentang tangannya mengenai kaki Rasulullah. Saw adalah hadis
itu ditanggungkan dalam keadaan berlapik. Jawaban untuk hadis Aisyah yang lain
adalah sentuhan dalam keadaan berlapik inilah yang dhahir pada sentuhan oran
yang tidur dalam firasy. Jawaban ini hanya diperlukan berdasarkan pendapat yang
mengatakan batal wudhu’ orang yang disentuh, bila tidak kedua jawaban ini tidak
diperlukan.
Tentang
qiyas kepada rambut, mahram dan bersentuhan
laki-laki dengan laki-laki maka jawabannya adalah seperti yang telah dijelaskan
yaitu rambut bukan tempat untuk bermesraan dengan menyentuhnya sedangkan mahram
dan sesama lelaki tidak berpotensi menimbulkan syahwat dan telah dijelaskan
sebelumnya bahwa menurut Imam Haramain tida berlaku qiyas dalam masalah ini.
Bagi
yang ingin melihat teks Asli Al-Majmu’ Syarh al-Muhazab berikut saya sertakan
teksnya.
Imam An-Nawawi, al-Majmu’
Syarh al-Muhazab, (Jeddah, Maktabah al-Irsyad, t.t), juz, 2, hal. 34 - 37.
(فَرْعٌ)
فِي مَذَاهِبِ الْعُلَمَاءِ فِي اللَّمْسِ قَدْ ذَكَرْنَا أَنَّ مَذْهَبَنَا
أَنَّ الْتِقَاءَ بَشَرَتَيْ الْأَجْنَبِيِّ وَالْأَجْنَبِيَّةِ ينتقض سواء كان بشهوة
وبقصد أم لا ولا ينتقص مَعَ وُجُودِ حَائِلٍ وَإِنْ كَانَ رَقِيقًا وَبِهَذَا قَالَ
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ
وَزَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ وَمَكْحُولٌ وَالشَّعْبِيُّ وَالنَّخَعِيُّ وَعَطَاءُ بْنُ
السَّائِبِ وَالزُّهْرِيُّ وَيَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ وَرَبِيعَةُ وَسَعِيدُ
بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَهِيَ إحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ: الْمَذْهَبُ
الثَّانِي لَا يَنْتَقِضُ الْوُضُوءُ بِاللَّمْسِ مُطْلَقًا وَهُوَ مَرْوِيٌّ عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَطَاءٍ وَطَاوُسٍ وَمَسْرُوقٍ وَالْحَسَنِ وَسُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ
وَبِهِ قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ لَكِنَّهُ قَالَ إذَا بَاشَرَهَا دُونَ الْفَرْجِ وَانْتَشَرَ
فَعَلَيْهِ الْوُضُوءُ: الْمَذْهَبُ الثَّالِثُ إنْ لَمَسَ بِشَهْوَةٍ انْتَقَضَ وَإِلَّا
فَلَا وَهُوَ مَرْوِيٌّ عن الحكم وحماد ومالك والليث واسحق وَرِوَايَةٌ عَنْ الشَّعْبِيِّ
وَالنَّخَعِيِّ وَرَبِيعَةَ وَالثَّوْرِيِّ وَعَنْ أَحْمَدَ ثَلَاثُ رِوَايَاتٍ كَالْمَذَاهِبِ
الثَّلَاثَةِ: الْمَذْهَبُ
* الرَّابِعُ إنْ لَمَسَ عَمْدًا انْتَقَضَ وَإِلَّا فَلَا وَهُوَ مَذْهَبُ
دَاوُد وَخَالَفَهُ ابْنُهُ فَقَالَ لَا يَنْتَقِضُ بحال: (الخامس) إنْ لَمَسَ بِأَعْضَاءِ
الْوُضُوءِ انْتَقَضَ وَإِلَّا فَلَا حَكَاهُ صَاحِبُ الْحَاوِي عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ
وَحَكَى عَنْهُ انه لا ينقض إلَّا اللَّمْسُ بِالْيَدِ (السَّادِسُ) إنْ لَمَسَ بِشَهْوَةٍ
انْتَقَضَ وَإِنْ لَمَسَ فَوْقَ حَائِلٍ رَقِيقٍ حُكِيَ عَنْ رَبِيعَةَ وَمَالِكٍ
فِي رِوَايَةٍ عَنْهُمَا (السَّابِعُ) إنْ لَمَسَ مَنْ تَحِلُّ لَهُ لَمْ يَنْتَقِضْ
وَإِنْ لَمَسَ مَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ انْتَقَضَ حَكَاهُ ابْنُ الْمُنْذِرِ وَصَاحِبُ
الْحَاوِي عَنْ عَطَاءٍ وَهَذَا خِلَافُ مَا حَكَاهُ الْجُمْهُورُ عَنْهُ وَلَا يَصِحُّ
هَذَا عَنْ أَحَدٍ إنْ شَاءَ اللَّهُ
وَاحْتَجَّ لِمَنْ قَالَ لَا ينتقض مطلقا بحديث حبيب ابن أَبِي ثَابِتٍ
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَ بَعْضَ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ إلَى الصَّلَاةِ وَلَمْ
يَتَوَضَّأْ: وَعَنْ أَبِي رَوْقٍ عَنْ إبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ عَنْ عَائِشَةَ (أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُقَبِّلُ بَعْدَ الْوُضُوءِ ثُمَّ
لَا يُعِيدُ الْوُضُوءَ) وَبِحَدِيثِ عَائِشَةَ الْمُتَقَدِّمِ أَنَّ يَدَهَا وَقَعَتْ
عَلَى قَدَمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ سَاجِدٌ وَهُوَ
صَحِيحٌ كَمَا سَبَقَ وَبِالْحَدِيثِ الْمُتَّفَقِ عَلَى صِحَّتِهِ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (صَلَّى وَهُوَ حامل أمامة بنت زينب رضي الله عنهما
فَكَانَ إذَا سَجَدَ وَضَعَهَا وَإِذَا
قَامَ رَفَعَهَا) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ: وَبِحَدِيثِ عَائِشَةَ
فِي الصَّحِيحَيْنِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (كَانَ يُصَلِّي
وَهِيَ مُعْتَرِضَةٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ
غَمَزَ رِجْلَهَا فَقَبَضَتْهَا) وَفِي رِوَايَةٍ لِلنَّسَائِيِّ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ
(فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يوتر مَسَّنِي بِرِجْلِهِ) وَاحْتَجُّوا بِالْقِيَاسِ عَلَى
الْمَحَارِمِ وَالشَّعْرِ قَالُوا وَلَوْ كَانَ اللَّمْسُ نَاقِضًا لَنَقَضَ لَمْسُ
الرجل الرَّجُلِ كَمَا أَنَّ جِمَاعَ الرَّجُلِ الرَّجُلَ كَجِمَاعِهِ الْمَرْأَةَ
* وَاحْتَجَّ أَصْحَابُنَا بِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى (أَوْ لمستم النساء)
وَاللَّمْسُ يُطْلَقُ عَلَى الْجَسِّ بِالْيَدِ قَالَ اللَّهُ تعالى (فلمسوه بايديهم)
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَاعِزٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
(لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ أَوْ لَمَسْتَ) الْحَدِيثَ وَنَهَى عَنْ بَيْعِ الْمُلَامَسَةِ
وَفِي الْحَدِيث الْآخَرِ (وَالْيَدُ زِنَاهَا اللَّمْسُ) وَفِي حَدِيثِ عَائِشَةَ
قَلَّ يَوْمٌ إلَّا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطُوفُ عَلَيْنَا
فَيُقَبِّلُ وَيَلْمِسُ: قَالَ أَهْلُ اللُّغَةِ اللَّمْسُ يَكُونُ بِالْيَدِ وَبِغَيْرِهَا
وَقَدْ يَكُونُ بِالْجِمَاعِ قَالَ ابْنُ دُرَيْدٍ اللَّمْسُ أَصْلُهُ باليد ليعرف
مس الشئ وَأَنْشَدَ الشَّافِعِيُّ وَأَصْحَابُنَا وَأَهْلُ اللُّغَةِ فِي هَذَا قَوْلَ
الشَّاعِرِ: وَأَلْمَسْتُ كَفِّي كَفَّهُ طَلَبَ الْغِنَى * وَلَمْ أَدْرِ أَنَّ الْجُودَ
مِنْ كَفِّهِ يُعْدِي قَالَ أَصْحَابُنَا وَنَحْنُ نَقُولُ بِمُقْتَضَى اللَّمْسِ مُطْلَقًا
فَمَتَى الْتَقَتْ الْبَشَرَتَانِ انْتَقَضَ سَوَاءٌ كَانَ بِيَدٍ أَوْ جِمَاعٍ.
قَالَ أَصْحَابُنَا وَنَحْنُ نَقُولُ
بِمُقْتَضَى اللَّمْسِ مُطْلَقًا فَمَتَى الْتَقَتْ الْبَشَرَتَانِ انْتَقَضَ سَوَاءٌ
كَانَ بِيَدٍ أَوْ جِمَاعٍ.
وَاسْتَدَلَّ مَالِكٌ ثُمَّ الشَّافِعِيُّ وَأَصْحَابُهُمَا بِحَدِيثِ
مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بن عبد الله ابن عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ (قَالَ
قُبْلَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَجَسُّهَا بِيَدِهِ مِنْ الْمُلَامَسَةِ فَمَنْ قَبَّلَ
امْرَأَتَهُ أَوْ جَسَّهَا بِيَدِهِ فَعَلَيْهِ الْوُضُوءُ) وَهَذَا إسْنَادٌ فِي نِهَايَةٍ
مِنْ الصِّحَّةِ كَمَا تَرَاهُ: فَإِنْ قِيلَ ذِكْرُ النِّسَاءِ قَرِينَةٌ تَصْرِفُ
اللَّمْسَ إلَى الْجِمَاعِ كَمَا أَنَّ الوطئ أَصْلُهُ الدَّوْسُ بِالرِّجْلِ وَإِذَا
قِيلَ وَطِئَ الْمَرْأَةَ لَمْ يُفْهَمْ مِنْهُ إلَّا الْجِمَاعُ: فَالْجَوَابُ أَنَّ
الْعَادَةَ لَمْ تَجْرِ بِدَوْسِ الْمَرْأَةِ بِالرِّجْلِ فَلِهَذَا صرفنا الوطئ إلَى
الْجِمَاعِ بِخِلَافِ اللَّمْسِ فَإِنَّ اسْتِعْمَالَهُ فِي الْجَسِّ بِالْيَدِ لِلْمَرْأَةِ
وَغَيْرِهَا مَشْهُورٌ: وَذَكَرَ أَصْحَابُنَا أَقْيِسَةً كَثِيرَةً مِنْهَا أَنَّهُ
لَمْسٌ يُوجِبُ الْفِدْيَةَ عَلَى الْمُحْرِمِ فَنَقَضَ كَالْجِمَاعِ قَالَ إمَامُ
الْحَرَمَيْنِ فِي الْأَسَالِيبِ الْوَجْهُ أَنْ يُقَالَ مَا يَنْقُضُ الْوُضُوءَ لَا
يُعَلَّلُ وِفَاقًا قَالَ وَقَدْ اتَّفَقَ الْأَئِمَّةُ عَلَى أَنَّ اقْتِضَاءَ الْأَحْدَاثِ
الْوُضُوءَ لَيْسَ مِمَّا يُعَلَّلُ وَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ فَلَا مَجَالَ لِلْقِيَاسِ
وَلَيْسَ لَمْسُ الرَّجُلِ الرَّجُلَ فِي مَعْنَى لَمْسِهِ الْمَرْأَةَ فَإِنَّ لَمْسَهَا
يَتَعَلَّقُ بِهِ وُجُوبُ الْفِدْيَةِ وَتَحْرِيمُ الْمُصَاهَرَةِ وَغَيْرُ ذَلِكَ
فَلَا مَطْمَعَ لَهُمْ فِي الْقِيَاسِ عَلَى الرَّجُلِ وَقَدْ سَلَّمَ أَكْثَرُهُمْ
أَنَّ الرَّجُلَ وَالْمَرْأَةَ إذَا تَجَرَّدَا وَتَعَانَقَا وَانْتَشَرَ لَهُ وَجَبَ
الْوُضُوءُ فَيُقَالُ لَهُمْ بِمَ نَقَضْتُمْ فِي الْمُلَامَسَةِ الْفَاحِشَةِ فَإِنْ
قَالُوا بِالْقِيَاسِ لَمْ يُقْبَلْ وَإِنْ قَالُوا لِقُرْبِهِ مِنْ الْحَدَثِ قُلْنَا
الْقُرْبُ مِنْ الْحَدَثِ لَيْسَ حَدَثًا بِالِاتِّفَاقِ وَلَا يَرُدُّ عَلَيْنَا النَّائِمُ
فَإِنَّهُ إنَّمَا انْتَقَضَ بِالسِّنَةِ لِكَوْنِهِ لَا يَشْعُرُ بِالْخَارِجِ فَلَمْ
يَبْقَ لَهُمْ مَا يُوجِبُ الْوُضُوءَ فِي الْمُلَامَسَةِ الْفَاحِشَةِ إلَّا ظَاهِرُ
الْقُرْآنِ الْعَزِيزِ وَلَيْسَ فِيهِ فَرْقٌ بَيْنَ الْمُلَامَسَةِ الْفَاحِشَةِ وَغَيْرِهَا:
وَإِنْ قَالُوا لِقُرْبِهِ مِنْ الْحَدَثِ قُلْنَا الْقُرْبُ مِنْ الْحَدَثِ
لَيْسَ حَدَثًا بِالِاتِّفَاقِ وَلَا يَرُدُّ عَلَيْنَا النَّائِمُ فَإِنَّهُ إنَّمَا
انْتَقَضَ بِالسِّنَةِ لِكَوْنِهِ لَا يَشْعُرُ بِالْخَارِجِ فَلَمْ يَبْقَ لَهُمْ
مَا يُوجِبُ الْوُضُوءَ فِي الْمُلَامَسَةِ الْفَاحِشَةِ إلَّا ظَاهِرُ الْقُرْآنِ
الْعَزِيزِ وَلَيْسَ فِيهِ فَرْقٌ بَيْنَ الْمُلَامَسَةِ الْفَاحِشَةِ وَغَيْرِهَا:
وَأَمَّا الْجَوَابُ عَنْ احْتِجَاجِهِمْ
بِحَدِيثِ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ فَمِنْ وَجْهَيْنِ: أَحْسَنُهُمَا وَأَشْهُرُهُمَا
أَنَّهُ حَدِيثٌ ضَعِيفٌ بِاتِّفَاقِ الْحُفَّاظِ مِمَّنْ ضَعَّفَهُ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ
وَيَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ وَأَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَأَبُو دَاوُد وأبو
بكر النيسابوري وأبو الحسن الدارقطني وَأَبُو بَكْرٍ الْبَيْهَقِيُّ وَآخَرُونَ مِنْ
الْمُتَقَدِّمِينَ وَالْمُتَأَخِّرِينَ: قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَأَبُو بَكْرٍ
النَّيْسَابُورِيُّ وَغَيْرُهُمَا غَلَطُ حَبِيبٍ مِنْ قُبْلَةِ الصَّائِمِ إلَى الْقُبْلَةِ
فِي الْوُضُوءِ: وَقَالَ أَبُو دَاوُد رُوِيَ عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ أَنَّهُ
قَالَ مَا حَدَّثَنَا حَبِيبٌ إلَّا عَنْ عُرْوَةَ الْمُزَنِيِّ يَعْنِي لَا عَنْ عُرْوَةَ
بْنِ الزُّبَيْرِ وَعُرْوَةُ الْمُزَنِيّ مَجْهُولٌ وَإِنَّمَا صَحَّ مِنْ حَدِيثِ
عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُقَبِّلُ وَهُوَ
صَائِمٌ:
وَالْجَوَابُ الثَّانِي لَوْ صَحَّ
لَحُمِلَ عَلَى القبلة فوق حائل جمعا بَيْنَ الْأَدِلَّةِ: وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِ
أَبِي رَوْقٍ بِالْوَجْهَيْنِ السَّابِقَيْنِ وَضَعَّفُوا الْحَدِيثَ بِوَجْهَيْنِ
أَحَدُهُمَا ضَعْفُ أَبِي رَوْقٍ ضَعَّفَهُ يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ وَغَيْرُهُ: وَالثَّانِي
أَنَّ إبْرَاهِيمَ التَّيْمِيَّ لَمْ يَسْمَعْ عَائِشَةَ هكذا ذكره الحفاظ منهم أَبُو
دَاوُد وَآخَرُونَ وَحَكَاهُ عَنْهُمْ الْبَيْهَقِيُّ فَتَبَيَّنَ أَنَّ الْحَدِيثَ
ضَعِيفٌ مُرْسَلٌ قَالَ الْبَيْهَقِيُّ وَقَدْ رَوَيْنَا سَائِرَ مَا رُوِيَ فِي هَذَا
الْبَابِ فِي الْخِلَافِيَّاتِ وَبَيَّنَّا ضَعْفَهَا فَالْحَدِيثُ الصَّحِيحُ عَنْ
عَائِشَةَ فِي قُبْلَةِ الصَّائِمِ فَحَمَلَهُ الضُّعَفَاءُ مِنْ الرُّوَاةِ عَلَى
تَرْكِ الْوُضُوءِ مِنْهَا: وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِ حَمْلِ أُمَامَةَ فِي الصَّلَاةِ
وَرَفْعِهَا وَوَضْعِهَا مِنْ أَوْجُهٍ أَظْهَرُهَا أَنَّهُ لَا يَلْزَمُ مِنْ ذَلِكَ
الْتِقَاءُ الْبَشَرَتَيْنِ: وَالثَّانِي أَنَّهَا صَغِيرَةٌ لَا تَنْقُضُ الْوُضُوءَ:
وَالثَّالِثُ أَنَّهَا مَحْرَمٌ: وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ فِي وُقُوعِ
يَدِهَا عَلَى بَطْنِ قَدَمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
يُحْتَمَلُ كَوْنُهُ فَوْقَ حَائِلٍ وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِهَا الْآخَرِ أَنَّهُ
لَمْسٌ مِنْ وَرَاءِ حَائِلٍ وَهَذَا هُوَ الظَّاهِرُ فِيمَنْ هُوَ نَائِمٌ فِي فِرَاشٍ
وهذان الجوابان (1) إذا سلمنا انتقاض طهر الْمَلْمُوسِ وَإِلَّا فَلَا يُحْتَاجُ إلَيْهِمَا:
وَأَمَّا قِيَاسُهُمْ عَلَى الشَّعْرِ وَالْمَحَارِمِ وَلَمْسِ الرَّجُلِ الرَّجُلَ:
فَجَوَابُهُ مَا سَبَقَ أَنَّ الشَّعْرَ لَا يُلْتَذُّ بِلَمْسِهِ وَالْمَحْرَمُ وَالرَّجُلُ
لَيْسَا مَظِنَّةَ شَهْوَةٍ وَقَدْ سَبَقَ عَنْ إمَامِ الْحَرَمَيْنِ إبْطَالُ الْقِيَاسِ فِي هَذَا
الْبَابِ
وَالْجَوَابُ
عَنْ حَدِيثِ أَبِي رَوْقٍ بِالْوَجْهَيْنِ السَّابِقَيْنِ وَضَعَّفُوا الْحَدِيثَ
بِوَجْهَيْنِ أَحَدُهُمَا ضَعْفُ أَبِي رَوْقٍ ضَعَّفَهُ يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ وَغَيْرُهُ:
وَالثَّانِي أَنَّ إبْرَاهِيمَ التَّيْمِيَّ لَمْ يَسْمَعْ عَائِشَةَ هكذا ذكره الحفاظ
منهم أَبُو دَاوُد وَآخَرُونَ وَحَكَاهُ عَنْهُمْ الْبَيْهَقِيُّ فَتَبَيَّنَ أَنَّ
الْحَدِيثَ ضَعِيفٌ مُرْسَلٌ قَالَ الْبَيْهَقِيُّ وَقَدْ رَوَيْنَا سَائِرَ مَا رُوِيَ
فِي هَذَا الْبَابِ فِي الْخِلَافِيَّاتِ وَبَيَّنَّا ضَعْفَهَا فَالْحَدِيثُ الصَّحِيحُ
عَنْ عَائِشَةَ فِي قُبْلَةِ الصَّائِمِ فَحَمَلَهُ الضُّعَفَاءُ مِنْ الرُّوَاةِ عَلَى
تَرْكِ الْوُضُوءِ مِنْهَا: وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِ حَمْلِ أُمَامَةَ فِي الصَّلَاةِ
وَرَفْعِهَا وَوَضْعِهَا مِنْ أَوْجُهٍ أَظْهَرُهَا أَنَّهُ لَا يَلْزَمُ مِنْ ذَلِكَ
الْتِقَاءُ الْبَشَرَتَيْنِ: وَالثَّانِي أَنَّهَا صَغِيرَةٌ لَا تَنْقُضُ الْوُضُوءَ:
وَالثَّالِثُ أَنَّهَا مَحْرَمٌ: وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ فِي وُقُوعِ
يَدِهَا عَلَى بَطْنِ قَدَمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
يُحْتَمَلُ كَوْنُهُ فَوْقَ حَائِلٍ وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِهَا الْآخَرِ أَنَّهُ
لَمْسٌ مِنْ وَرَاءِ حَائِلٍ وَهَذَا هُوَ الظَّاهِرُ فِيمَنْ هُوَ نَائِمٌ فِي فِرَاشٍ
وهذان الجوابان (1) إذا سلمنا انتقاض طهر الْمَلْمُوسِ وَإِلَّا فَلَا يُحْتَاجُ إلَيْهِمَا:
وَأَمَّا قِيَاسُهُمْ عَلَى الشَّعْرِ وَالْمَحَارِمِ وَلَمْسِ الرَّجُلِ الرَّجُلَ:
فَجَوَابُهُ مَا سَبَقَ أَنَّ الشَّعْرَ لَا يُلْتَذُّ بِلَمْسِهِ وَالْمَحْرَمُ وَالرَّجُلُ
لَيْسَا مَظِنَّةَ شَهْوَةٍ وَقَدْ سَبَقَ عَنْ إمَامِ الْحَرَمَيْنِ إبْطَالُ الْقِيَاسِ فِي هَذَا
الْبَابِ
* وَاحْتَجَّ لِمَنْ قَالَ يَنْقُضُ اللَّمْسُ بِشَهْوَةٍ دُونَ غَيْرِهِ
بِحَدِيثِ أُمَامَةَ وَالظَّاهِرُ أَنَّهُ كَانَ يَحْصُلُ مَعَهُ مُبَاشَرَةٌ لَكِنْ
بِغَيْرِ شَهْوَةٍ وَلِأَنَّهَا مُبَاشَرَةٌ بِلَا شَهْوَةٍ فَأَشْبَهَتْ مُبَاشَرَةَ
الشَّعْرِ وَالْمَحَارِمِ وَالرَّجُلِ وَلِأَنَّهَا مُلَامَسَةٌ فَاشْتُرِطَ فِي تَرَتُّبِ
الْحُكْمِ عَلَيْهَا الشَّهْوَةُ كَمُبَاشَرَةِ الْمُحْرِمِ بِالْحَجِّ
* وَاحْتَجَّ أَصْحَابُنَا بقول الله تعالى (أو لمستم النساء) وَلَمْ
يُفَرِّقْ: وَالْجَوَابُ عَنْ حَدِيثِ أُمَامَةَ بِالْأَوْجُهِ الثلاثة السابقة وعن
الشعر وما بعده لانه لَيْسَ مَظِنَّةَ شَهْوَةٍ وَلَذَّةٍ وَعَنْ مُبَاشَرَةِ الْمُحْرِمِ
بِأَنَّهُ مُنِعَ مِنْ التَّرَفُّهِ وَذَلِكَ يَخْتَصُّ بِالشَّهْوَةِ بِخِلَافِ هَذَا
* وَاحْتَجَّ لِدَاوُدَ بِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى (أو لمستم) وَهَذَا
يَقْتَضِي قَصْدًا: وَاحْتَجَّ أَصْحَابُنَا بِالْآيَةِ وَلَيْسَ فيها فرق ولان الاحداث
لافرق فِيهَا بَيْنَ الْعَمْدِ وَالسَّهْوِ كَالْبَوْلِ وَالنَّوْمِ وَالرِّيحِ: وقولهم
اللمس يقتضي القصد غلط لايعرف عَنْ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ اللُّغَةِ وَغَيْرِهِمْ بَلْ
يُطْلَقُ اللَّمْسُ عَلَى الْقَاصِدِ وَالسَّاهِي كَمَا يُطْلَقُ اسْمُ الْقَاتِلِ
وَالْمُحْدِثِ وَالنَّائِمِ وَالْمُتَكَلِّمِ عَلَى مَنْ وُجِدَ ذَلِكَ مِنْهُ قَصْدًا
أَوْ سَهْوًا أَوْ غَلَبَةً
* وَاحْتَجَّ لِمَنْ خَصَّ النَّقْضَ بِالْيَدِ بِالْقِيَاسِ عَلَى مَسِّ
الذَّكَرِ: وَاحْتِجَاجُ الْأَصْحَابِ بِالْآيَةِ وَالْمُلَامَسَةُ لا تختص وَغَيْرُ
الْيَدِ فِي مَعْنَاهَا فِي هَذَا وَلَيْسَ عَلَى اخْتِصَاصِ الْيَدِ دَلِيلٌ: وَأَمَّا
مَسُّ الذَّكَرِ بِالْيَدِ فَمُثِيرٌ لِلشَّهْوَةِ بِخِلَافِ غَيْرِ الْيَدِ وَلَمْسُ
الْمَرْأَةِ يُثِيرُ الشَّهْوَةِ بِأَيِّ عُضْوٍ كَانَ
* وَاحْتَجَّ لِمَنْ قَالَ اللَّمْسُ فَوْقَ حَائِلٍ رَقِيقٍ يَنْقُضُ
بِأَنَّهُ مُبَاشَرَةٌ بِشَهْوَةٍ فَأَشْبَهَ مُبَاشَرَةَ الْبَشَرَةِ: وَاحْتَجَّ
الْأَصْحَابُ بِأَنَّ الْمُبَاشَرَةَ فَوْقَ حَائِلٍ لَا تُسَمَّى لَمْسًا وَلِهَذَا
لَوْ حَلَفَ لَا يَلْمِسُهَا فَلَمَسَ فوق حائل لم يحنث والله أعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar