Isnad dalam ilmu
balaghah ada dua macam, yaitu: isnad khabari dan isnad insya-i.
1. Isnad
khabari (khabariyah) adalah:
الخبرُ
هو ما يتحقّق مدلولهُ في الخارج بدون النطق به
“khabar
adalah gabungan kata yang kandungan maknanya telah ada sebelum kata itu
diucapkan”
Maksudnya, ada sebuah realitas yang
telah ma’ruf dan dikenal oleh semua orang. Lalu seseorang menceritakan tentang
realitas tersebut. Inilah yang dimaksud dengan khabar. Bila khabar itu sesuai
dengan realita maka khabar itu disebut siddiq (benar). Bila khabar itu tidak
sesuai dengan realita maka khabar itu disebut kizb (dusta/salah).
Contoh:
“buah durian
itu kulitnya berduri”
Ungkapan di atas memberikan kesimpulan
bahwa orang yang mengucapkannya benar atau salah.
Karena khabar adalah menceritakan
tentang sebuah realitas maka ia sering didifenisikan dengan:
“gabungan
kata yang bisa jadi benar dan bisa jadi salah”
2. Isnad insya-I
(insya-iyah) adalah:
ما
لا يحصل مضمونه ولا يتحقق إلا تلفظت به
“insya’ adalah
gabungan kata yang kandungan maknanya tidak ada sebelum kata itu diucapkan”
Maksudnya,
insya’ itu bukan menceritakan tentang suatu realitas yang telah ada akan tetapi
meceritakan sesuatu yang terjadi ketika kata itu diucapkan.
Contoh:
“janganlah
engkau suka mencela”
Ungkapan
di atas bukanlah menceritakan tentang sebuah realita sehingga tidak bisa
disimpulkan bahwa itu benar atau salah.
Karena inilah
insya’ sering didefenisikan dengan”
“gabungan
kata yang tidak mengandung unsur benar atau salah”
Lihat : Jawahir al-Balaghah
fii al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, karangan Ahmad Ibrahim al-Hasyimy, hal
55 - 70
Tidak ada komentar:
Posting Komentar