(وَقَدْ الْتَزَمَ
مُصَنِّفُهُ رَحِمَهُ اللَّهُ أَنْ يَنُصَّ) فِي مَسَائِلِ الْخِلَافِ (عَلَى مَا
صَحَّحَهُ مُعْظَمُ الْأَصْحَابِ) فِيهَا (وَوَفَّى) بِالتَّخْفِيفِ
وَالتَّشْدِيدِ (بِمَا الْتَزَمَهُ) حَسْبَمَا اطَّلَعَ عَلَيْهِ فَلَا يُنَافِي
ذَلِكَ اسْتِدْرَاكُهُ عَلَيْهِ التَّصْحِيحَ فِي الْمَوَاضِعِ الْآتِيَةِ
Dan sungguh (telah) melazimkan oleh mushannifnya (al-Muharrar)
kiranya memberi rahmat (akan) nya (mushannif) oleh Allah (akan) bahwa
mengnashkan ia (mushannif) dalam masalah kilaf atas barang yang telah
mentashhihkan akannya (barang) (oleh) kebanyakan ulama mazhab Syafi’I dalamnya
(masalah khilaf). Dan (telah) menyempurnakan ia (mushannif) (dibaca) dengan
tanpa tasydid dan dengan tasydid dengan barang yang melazimkan ia (mushannif)
(akan) nya (barang) pada sekira-kira barang yang mengetahui ia mushannif
atasnya (barang) maka tidak menafikan (akan) demikian (menyempurnakan barang
yang ia lazimkan) (oleh) pembetulannya (Imam Nawawi) atasnya (mushannif) (akan)
pentashhihan pada beberapa tempat yang akan datang ia (beberapa tempat).
(وَهُوَ) أَيْ مَا الْتَزَمَهُ
(مِنْ أَهَمِّ أَوْ) هُوَ (أَهَمُّ الْمَطْلُوبَاتِ) لِطَالِبِ الْفِقْهِ مِنْ
الْوُقُوفِ عَلَى الْمُصَحَّحِ مِنْ الْخِلَافِ فِي مَسَائِلِهِ (لَكِنْ فِي
حَجْمِهِ) أَيْ الْمُحَرَّرِ (كبر يُعْجِزَ
عن
حِفْظه أَكْثَر أَهْلِ الْعَصْرِ) أَيْ الرَّاغِبِينَ فِي حِفْظِ مُخْتَصَرٍ فِي
الْفِقْهِ (إلَّا بَعْضَ أَهْلِ الْعِنَايَاتِ) مِنْهُمْ فَلَا يَكْبُرُ، أَيْ
يَعْظُمُ عَلَيْهِ حِفْظُهُ
Dan bermula dianya maksudnya barang yang (telah) melazimkan ia
(mushannif) (akan) nya (barang) (itu) sebagian daripada yang paling penting
atau bermula dianya (barang dilazimkan oleh mushannif) (itu) yang paling
penting daripada segala yang dicari bagi orang yang mencari ilmu fiqh yaitu
berpegang atas yang ditashhihkan daripada khilaf daripada segala masalahnya
(khilaf). Tetapi (tsabit) pada bentuknya maksudnya al-Muharrar (itu) besar, yang lemah daripada menghafalnya (oleh)
kebanyakan ahli masa maksudnya orang-orang yang suka pada menghafal mukhtashar
dalam bidang ilmu fiqh kecuali sebagian orang-orang yang rajin daripada mereka
itu (ahli masa) maka tidak berat atasnya (ahlu inayat) (oleh) menghafalnya
(al-Muharrar).
(فَرَأَيْت) مِنْ الرَّأْيِ
فِي الْأُمُورِ الْمُهِمَّةِ (اخْتِصَارَهُ) بِأَنْ لَا يَفُوتَ شَيْءٌ مِنْ
مَقَاصِدِهِ (فِي نَحْوِ نِصْفِ حَجْمِهِ) هُوَ صَادِقٌ بِمَا وَقَعَ فِي
الْخَارِجِ مِنْ الزِّيَادَةِ عَلَى النِّصْفِ بِيَسِيرٍ (لِيَسْهُلَ حِفْظُهُ)
أَيْ الْمُخْتَصَرِ لِكُلِّ مَنْ يَرْغَبُ فِي حِفْظِ مُخْتَصَرٍ (مَعَ مَا) أَيْ
مَصْحُوبًا ذَلِكَ الْمُخْتَصَرُ بِمَا (أَضُمُّهُ إلَيْهِ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى)
فِي أَثْنَائِهِ.
Maka saya berpendapat (berasal) dari ra’yi dalam segala urusan
yang penting (bukan daripada ruqyah/melihat) (akan) meringkasnya (al-Muharrar)
dengan bahwa tidak hilang (lah) sedikit pun daripada tujuan-tujuannya
(al-Muharrar) dalam sekitar setengah bentuknya (al-Muharrar). (bermula) dianya
(sekitar setengah) (itu) yang terbenar ianya (sekitar setengah) dengan barang
yang terjadi ianya (barang) dalam
kenyataan daripada lebih atas setengah dengan sedikit supaya mudah (lah)
menghafalnya maksudnya mukhtashar bagi tiap-tiap orang yang suka ia (orang) pada
menghafal mukhtashar beserta barang maksudnya hal (keadaan demikian mukhtashar)
(itu) disertakan akan demikian mukhtashar dengan barang yang aku gabung akannya
(barang) jika menghendaki (oleh) Allah Ta’ala pada celah-celahnya (mukhtashar).
وَبِذَلِكَ قَرُبَ
مِنْ ثَلَاثَةِ أَرْبَاعِ أَصْلِهِ كَمَا قِيلَ (مِنْ النَّفَائِسِ
الْمُسْتَجَادَاتِ) أَيْ الْمُسْتَحْسَنَاتِ (مِنْهَا التَّنْبِيهُ عَلَى قُيُودٍ
فِي بَعْضِ الْمَسَائِلِ) بِأَنْ تُذْكَرَ فِيهَا (هِيَ مِنْ الْأَصْلِ
مَحْذُوفَاتٌ) أَيْ مَتْرُوكَاتٌ اكْتِفَاءً بِذِكْرِهَا فِي الْمَبْسُوطَاتِ
Dan
dengan demikian (telah) hampir ia (mukhtashar) daripada tiga per empat ashalnya
(mukhtashar) sebagai mana barang yang dikatakan orang akan dianya (barang) daripada
permata-permata yang mustajadat maksudnya yang indah-indah. (sebagian) dari
padanya (permata-permata yang indah) (itu) peringatan atas qayid-qayid pada
sebagian masalah-masalah dengan bahwa disebutkan akan dia (qayid-qayid) padanya
(masalah-masalah) (yang bermula) dianya (qayid-qayid) daripada ashal (itu)
dibuangkan akan dia (qayid-qayid) maksudnya ditinggalkan akan dia (qayid-qayid)
karena mempadakan dengan penyebutannya (qayid-qayid) dalam kitab-kitab yang
besar.
(وَمِنْهَا مَوَاضِعُ
يَسِيرَةٌ) نَحْوُ خَمْسِينَ مَوْضِعًا (ذَكَرَهَا فِي الْمُحَرَّرِ عَلَى خِلَافِ
الْمُخْتَارِ فِي الْمَذْهَبِ) الْآتِي ذِكْرُهُ فِيهَا مُصَحَّحًا (كَمَا
سَتَرَاهَا إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى) فِي مُخَالَفَتِهَا لَهُ نَظَرًا
لِلْمَدَارِكِ (وَاضِحَاتٍ) فَذِكْرُ الْمُخْتَارِ فِيهَا هُوَ الْمُرَادُ، وَلَوْ
عَبَّرَ بِهِ أَوَّلًا كَانَ حَسَنًا
Dan
(sebagian) daripadanya (permata-permata yang indah) (itu) beberapa tempat yang
sedikit (ia beberapa tempat) (itu) sekitar lima puluh (apa ia lima puluh)
tempat yang telah menyebutkan ia (Imam Rafi’i) (akan) nya (beberapa tempat) dalam
al-Muharrar atas sebalik yang mukhtar dalam mazhab yang lagi akan datang (lah)
sebutannya (sebalik mukhtar) padanya (beberapa tempat) (hal keadaannya yang
sebalik mukhtar) (itu) yang ditashhihkan akan dia (yang sebalik mukhtar)
sebagaimana barang yang (akan) kamu lihat akanya (barang) jika menghendaki oleh
Allah ta’ala pada menyalahinya (beberapa tempat) baginya (mukhtar) karena
melihat bagi dalil (akan) yang jelas. Maka (bermula) menyebutkan yang mukhtar
padanya (beberapa tempat) dianya (menyebutkan mukhtar) (itu) yang dimaksud akan
dia (menyebutkan mukhtar). Dan jikalau mengibarat ianya (Imam an-Nawawi)
dengannya (zikr al-Mukhtar) pada awal (niscaya) ada ia (demikian ibarat) (itu)
bagus.
(وَمِنْهَا إبْدَالُ مَا
كَانَ مِنْ أَلْفَاظِهِ غَرِيبًا) أَيْ غَيْرَ مَأْلُوفِ الِاسْتِعْمَالِ (أَوْ
مُوهِمًا) أَيْ مُوقِعًا فِي الْوَهْمِ أَيْ الذِّهْنَ (خِلَافَ الصَّوَابِ) أَيْ
الْإِتْيَانُ بَدَلَ ذَلِكَ (بِأَوْضَحَ وَأَخْصَرَ مِنْهُ بِعِبَارَاتٍ
جَلِيَّاتٍ) أَيْ ظَاهِرَاتٍ فِي أَدَاءِ الْمُرَادِ،
Dan
(sebagian) daripadanya (permata-permata yang indah) (itu) menggantikan barang
yang ada ia (barang) (itu) daripada lafadh-lafadhnya (al-Muharrar) (itu) asing
maksudnya tiada sering pemakaian atau (itu) mengwahamkan maksudnya menjatuhkan
dalam waham maksudnya pemikiran (akan) sebalik betul. Maksudnya mendatangkan
(akan) ganti demikian (yang asing) dengan yang lebih jelas dan lebih ringkas
daripadanya (yang asing) dengan ibarat-ibarat yang terang maksudnya yang jelas
pada menyampaikan maksud.
وَأَدْخَلَ الْبَاءَ
بَعْدَ لَفْظِ الْإِبْدَالِ عَلَى الْمَأْتِيِّ بِهِ مُوَافَقَةً لِلِاسْتِعْمَالِ
الْعُرْفِيِّ وَإِنْ كَانَ خِلَافَ الْمَعْرُوفِ لُغَةً مِنْ إدْخَالِهَا عَلَى
الْمَتْرُوكِ نَحْوَ: أَبْدَلْت الْجَيِّدَ بِالرَّدِيءِ، أَيْ أَخَذْت الْجَيِّدَ
بِالرَّدِيءِ.
Dan (telah) memasukkan ia (Imam an-Nawawi) akan بِ sesudah lafadh إبْدَالُ atas sesuatu yang didatangkan akan dia (sesuatu) (bermula
demikian) (itu) sesuai bagi pemakaian ‘uruf sekalipun ada ia (demikian) (itu)
sebalik yang ma’ruf pada lughat yaitu (yang ma’ruf pada lughat) (itu)
memasukkannya (بِ)
atas yang ditinggalkan. (bermula
demikian) (itu) seumpama :
أَبْدَلْت الْجَيِّدَ بِالرَّدِيءِ، أَيْ أَخَذْت الْجَيِّدَ
بِالرَّدِيءِ
Aku gantikan (akan) yang baru dengan yang buruk. Maksudnya aku
ambil (akan) yang baru dengan meninggalkan yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar