BAGIAN KE LIMA
(وَمِنْهَا
بَيَانُ الْقَوْلَيْنِ وَالْوَجْهَيْنِ وَالطَّرِيقَيْنِ وَالنَّصِّ وَمَرَاتِبِ الْخِلَافِ)
قُوَّةً وَضَعْفًا فِي الْمَسَائِلِ (فِي جَمِيعِ الْحَالَاتِ) بِخِلَافِ الْمُحَرَّرِ
فَتَارَةً يُبَيِّنُ نَحْوَ أَصَحِّ الْقَوْلَيْنِ وَأَظْهَرِ الْوَجْهَيْنِ، وَتَارَةً
لَا يُبَيِّنُ نَحْوَ الْأَصَحِّ وَالْأَظْهَرِ
Dan sebahagian daripanya (permata-permata yang
bagus) (itu) penjelasan dua Qaul (pendapat Imam Syafi’i) dan dua wajah (pendapat
ashabul wujuh) dan dua thariq (jalur hikayah qaul atau wajah) dan nahs
(pernyataat tegas Imam Syafi’i) dan tingkatan-tingkatan khilaf (pada) kuat dan
(pada) dhaif pada semua masalah pada segala keadaan (konsisten). Dengan sebalik
Al-Muharrar (tidak konsisten) (pada) satu kali menjelaskan ia
(al-Muharrar)(akan) seumpama Ashah (pada) dua qaul dan Adhhar (pada) dua wajah
dan (pada) kali yang lain tidak menjelaskan ia (al-Muharrar) (akan) seumpama
Ashah dan Adhhar.
(فَحَيْثُ
أَقُولُ فِي الْأَظْهَرِ أَوْ الْمَشْهُورِ فَمِنْ الْقَوْلَيْنِ أَوْ الْأَقْوَالِ)
لِلشَّافِعِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - (فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ) لِقُوَّةِ مُدْرَكِهِ
(قُلْت الْأَظْهَرُ) الْمُشْعِرُ بِظُهُورِ مُقَابِلِهِ (وَإِلَّا فَالْمَشْهُورُ)
الْمُشْعِرُ بِغَرَابَةِ مُقَابِلِهِ لِضَعْفِ مُدْرَكِهِ.
Maka sekira-sekira aku kata pada adhhar atau pada
masyhur maka daripada dua qaul atau beberapa qaul bagi Imam As-Syafi’I semoga
memberi rahmat (oleh) Allah untuknya (Imam As-Syafi’i) maka jika kuatlah khilaf
(maqabil) karena kuat dalillnya (khilaf) (niscaya) aku kata (akan) al-Azhar
yang mengisyarahkan ia (al-Adhar) dengan dhahir muqabilnya (al-Adhar) dan jika
tidak (kuat ia khilaf) (niscaya) maka (aku kata) (akan) al-Masyhur yang
mengisyarah ia (al-Masyhur) dengan asing muqabilnya (al-Masyhur) karena lemah
dalilnya (khilaf/muqabil).
(وَحَيْثُ أَقُولُ الْأَصَحُّ أَوْ الصَّحِيحُ فَمِنْ
الْوَجْهَيْنِ أَوْ الْأَوْجُهِ) لِلْأَصْحَابِ يَسْتَخْرِجُونَهَا مِنْ كَلَامِ الشَّافِعِيِّ
- رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - (فَإِنْ قَوِيَ الْخِلَافُ قُلْت الْأَصَحُّ وَإِلَّا فَالصَّحِيحُ)
وَلَمْ يُعَبِّرْ بِذَلِكَ فِي الْأَقْوَالِ تَأَدُّبًا مَعَ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ
- رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - كَمَا قَالَ، فَإِنَّ الصَّحِيحَ مِنْهُ مُشْعِرٌ بِفَسَادِ
مُقَابِلِهِ.
Dan sekira-kira aku kata (akan) al-Ashah atau
as-Shahih maka daripada dua wajah atau beberapa wajah bagi shahabat-shahabat
(Imam Syafi’i) kiranya meridhai (oleh) Allah untuknya (Syafi’i). Maka jika
kuatlah khilaf (niscaya) aku kata (akan) al-Ashah dan jika tidak (kuat ia
khilaf) (niscaya) maka (aku kata) (akan) as-Shahih. Dan tidak mengibaratkan (ia
Nawawi) dengan demikian (shahih) pada segala qaul (karena) beradab beserta Imam
As-Syafi’I kiranya meridhai (oleh) Allah untuknya (Syafi’i) sebagaimana
mengatakan ia (Nawawi) maka karena bahwa sungguh as-Shahih daripadanya (qaul)
(itu) mengisyarahkan (ia as-Shahih) dengan rusak muqabilnya (as-Shahih).
(وَحَيْثُ أَقُولُ الْمَذْهَبُ فَمِنْ الطَّرِيقَيْنِ
أَوْ الطُّرُقِ) وَهِيَ اخْتِلَافُ الْأَصْحَابِ فِي حِكَايَةِ الْمَذْهَبِ كَأَنْ
يَحْكِيَ بَعْضُهُمْ فِي الْمَسْأَلَةِ قَوْلَيْنِ أَوْ وَجْهَيْنِ لِمَنْ تَقَدَّمَ،
وَيَقْطَعَ بَعْضُهُمْ بِأَحَدِهِمَا ثُمَّ الرَّاجِحُ الَّذِي عَبَّرَ عَنْهُ بِالْمَذْهَبِ
إمَّا طَرِيقُ الْقَطْعِ أَوْ الْمُوَافِقِ لَهَا مِنْ طَرِيقِ الْخِلَافِ أَوْ الْمُخَالِفِ
لَهَا كَمَا سَيَظْهَرُ فِي الْمَسَائِلِ، وَمَا قِيلَ مِنْ أَنَّ مُرَادَهُ الْأَوَّلُ
وَأَنَّهُ الْأَغْلَبُ مَمْنُوعٌ
Dan sekira-kira aku kata (akan) al-Mazhab maka
daripada dua jalur atau beberapa jalur dan (bermula) ianya (Thariq/jalur) (itu)
perbedaan para shahabat dalam menghikayahkan mazhab seperti bahwa
menghikayahkan (oleh) sebahagian mereka (shahabat) (akan) dua qaul atau (akan)
dua wajah bagi shahabat yang terdahulu ia (shahabat) dan memastikan (oleh)
sebahagian (shahabat) dengan salah satu (daripada) keduanya (qaul atau wajah). Kemudian
(bermula) yang kuat allazi yang mengibarat (ia Nawawi) untuknya (allazi) dengan
Mazhab adakala (itu) jalur/thariq qata’ (hanya satu pendapat) atau yang sesuai
baginya (thariq qata’) daripada thariq khilaf (jalur yang menghikayahkan ada
khilaf) atau yang berbeda baginya (thariq qata’) sebagaimana barang (lagi akan)
nampak (ia barang) dalam segala masalah. Dan (bermula( barang yang dikatakan
(akan dia barang) daripada bahwa sungguh yang maksudnya (yang kuat) (itu) yang
pertama dan bahwa sungguhnya (yang pertama) (itu) yang kebanyakan (itu)
tertegah (ianya barang).
(وَحَيْثُ أَقُولُ النَّصُّ فَهُوَ نَصُّ الشَّافِعِيِّ
- رَحِمَهُ اللَّهُ - وَيَكُونُ هُنَاكَ) أَيْ مُقَابِلُهُ (وَجْهٌ ضَعِيفٌ أَوْ قَوْلٌ
مُخَرَّجٌ) مِنْ نَصٍّ لَهُ فِي نَظِيرِ الْمَسْأَلَةِ لَا يُعْمَلُ بِهِ.
Dan sekira-kira aku kata (akan) an-Nash maka
(bermula) dianya (an-Nash) (itu) nash Imam Syafi’I kiranya memberi rahmat
(akan) nya (Imam Syafi’i) (oleh) Allah dan adalah di sana artinya muqabilnya
nahs (itu) wajah yang dhaif atau (itu) qaul mukharraj (yang dibandingkan)
daripada nash baginya Imam as-Syafi’I pada bandingan masalah yang tidak boleh
diamalkan dengannya (qaul mukharraj).
(وَحَيْثُ
أَقُولُ الْجَدِيدُ فَالْقَدِيمُ خِلَافُهُ أَوْ الْقَدِيمُ أَوْ فِي قَوْلٍ قَدِيمٍ
فَالْجَدِيدُ خِلَافُهُ) . وَالْقَدِيمُ مَا قَالَهُ الشَّافِعِيُّ - رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ -بِالْعِرَاقِ، وَالْجَدِيدُ مَا قَالَهُ بِمِصْرَ، وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ إلَّا
فِيمَا يُنَبِّهُ عَلَيْهِ كَامْتِدَادِ وَقْتِ الْمَغْرِبِ إلَى مَغِيبِ الشَّفَقِ
الْأَحْمَرِ فِي الْقَدِيمِ كَمَا سَيَأْتِي.
Dan sekira-kira aku kata (akan) al-Jadid maka
(bermula) al-Qadiim (itu) muqabilnya (al-Jadid) atau (aku kata) (akan)
al-Qadiim maka (bermula) al-Jadiid (itu) muqabilnya (al-Qadiim). Dan (bermula)
Qadiim (itu) barang yang telah mengatakan (akan) nya (barang) (oleh) Imam
Syafi’I kiranya meridhai (oleh) Allah untuknya (Syafi’i) di Iraq dan (bermula)
Jadiid (itu) barang yang telah mengatakan (akan) nya (barang) (oleh) Imam
Syafi’I di Mesir dan (bermula) mengamalkan (itu) atasnya (jadiid) kecuali pada
barang yang mengingatka ia (Nawawi) atasnya (barang) seperti memanjang waktu
magrib hingga kepada hilang syafaq yang merah pada pendapat qadim sebagaiman
barang (lagi akan) datang ia (barang).
(وَحَيْثُ أَقُولُ: وَقِيلَ كَذَا، فَهُوَ وَجْهٌ
ضَعِيفٌ، وَالصَّحِيحُ أَوْ الْأَصَحُّ خِلَافُهُ وَحَيْثُ أَقُولُ: وَفِي قَوْلٍ كَذَا
فَالرَّاجِحُ خِلَافُهُ) وَيَتَبَيَّنُ قُوَّةُ الْخِلَافِ وَضَعْفُهُ مِنْ مُدْرَكِهِ
Sekira-kira aku kata (akan) wa qilaa kadza maka (bermula)
dianya (qiila kadza) (itu) wajah yang dhaif dan (bermula) as-Shahih atau
al-Ashah (itu) muqabilnya (qiila kadza) dan sekira-kira aku kata wa fii qaulin
qadza maka (bermula) yang kuat (itu) muqabilnya (qaulin qadza) dan nyatalah
kuat muqabil atau dhaifnya muqabil daripada dalilnya (muqabil).
Terjemahan Khutbah Kitab Al-Mahalli Bagian Pertama
Terjemahan Kitab Al-Mahalli Bagian Ke Dua
Terjemahan Khutbah Kitab Al-Mahalli Bagian Ke Tiga
Terjemahan Khutbah Kitab Al-Mahalli Bagian Ke Empat
Terjemahan Khutbah Al-Mahalli Bagian Keenam
Tertjemahan Khutbah Kitab Al-Mahalli Bagian Terakhir
Terjemahan Khutbah Kitab Al-Mahalli Bagian Pertama
Terjemahan Kitab Al-Mahalli Bagian Ke Dua
Terjemahan Khutbah Kitab Al-Mahalli Bagian Ke Tiga
Terjemahan Khutbah Kitab Al-Mahalli Bagian Ke Empat
Terjemahan Khutbah Al-Mahalli Bagian Keenam
Tertjemahan Khutbah Kitab Al-Mahalli Bagian Terakhir
SEMOGA BERMANFAAT
Fiqh
Fiqh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar